Pengertian Landasan Psikologi dalam pendidikan :
Pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang pendidikan. Kurikulum yang sering direvisi dalam pengembangannya, tujuan pendidikan sering mengalami perubahan dalam perumusannya, metode belajar mengajar sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta fasilitas belajar sering mengalami penambahan.
Dari uraian diatas dapat kita ambil makna bahwa perkembangan teknologi pada ilmu pengetahuan dapat membuat perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan , baik pada revisi dan pengembangan kurikulum, metode, rumusan , serta sumber dan fasilitas belajar dapat memancing berbagai macam tanggapan apakah semua hal itu dapat mengganggu pelaksanaan aktivitas belajar sehingga akan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan peserta didik, dan akhirnya timbul kekhawatiran akan diabaikannya psikologi dalam pendidikan.
Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut , maka diharapkan peserta didik dapat mempunyai tingkat keaktifan yang tinggi, baik itu secara fisiologis maupun psikologis. Dengan demikian psikologi tetap akan memperoleh tempat dalam dunia pendidikan.
Berbicara mengenai situasi pengajaran di Indonesia, kita tidak menutupi kenyataan bahwa sekolah-sekolah saat ini masih mengutamakan penguasaan mata pelajaran-mata pelajaran. Akibatnya guru dan murid masih dibatasi kebijakan dan pengawasan dari pihak pemerintah, sehingga keberhasilan pendidikan tidak pernah lepas dari keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pendidikan kita pada saat ini belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik, melainkan pendidikan masih digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja .
Dengan demikian sudah saatnya sekarang pendidikan kita untuk melayani kebutuhan dan hakikat psikologis peserta didik. Pemahaman pada peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologi sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi.
Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangannya yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan djadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.
Landasan Psikologi pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar ( Tirtaraharja, 2005: 106 ).
2. Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.
Lumsdaine (dalam Miarso, 2009: 111) berpendapat bahwa ilmu perilaku, khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk mengembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline (dalam Miarso, 2009: 111) menyatakan bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran.
Tujuan perilaku perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum mengembangkan pembelajaran agar dapat dijadikan bukti bahwa seseorang telah belajar. Tujuan perilaku ini merupakan ciri yang harus ada dalam setiap model pengembangan pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk konsepsi teknologi pendidikan.
Pada akhir abad ke-19 ada dua aliran psikologi belajaryang sangat menonjol, yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehensif. Kedua aliran tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bias dikatakan hampir semua pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari kedua aliran psikologi belajar tersebut (Sudjana, 2008: 36)
Ada tiga teori belajar aliran behavioristik yang paling terkenal yaitu : (a) teori koneksionisme dari Thorndike, (b) teori kondisioning dari Pavlov, dan (c) teori kondisioning operan (operant conditioning) dari Skinner.
(a). Teori koneksionisme (E. L. Thorndike)
Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan pertama ke arah teknologi pembelajaran yang menyatakan tiga dalil utama :
1. Dalil latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
2. Dalil akibat: menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang. Respons akan diperkuat bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang.
3. Dalil kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku lain.
Menurut Saettler, kontribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang pinsip-prinsip:
Pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang pendidikan. Kurikulum yang sering direvisi dalam pengembangannya, tujuan pendidikan sering mengalami perubahan dalam perumusannya, metode belajar mengajar sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta fasilitas belajar sering mengalami penambahan.
Dari uraian diatas dapat kita ambil makna bahwa perkembangan teknologi pada ilmu pengetahuan dapat membuat perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan , baik pada revisi dan pengembangan kurikulum, metode, rumusan , serta sumber dan fasilitas belajar dapat memancing berbagai macam tanggapan apakah semua hal itu dapat mengganggu pelaksanaan aktivitas belajar sehingga akan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan peserta didik, dan akhirnya timbul kekhawatiran akan diabaikannya psikologi dalam pendidikan.
Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut , maka diharapkan peserta didik dapat mempunyai tingkat keaktifan yang tinggi, baik itu secara fisiologis maupun psikologis. Dengan demikian psikologi tetap akan memperoleh tempat dalam dunia pendidikan.
Berbicara mengenai situasi pengajaran di Indonesia, kita tidak menutupi kenyataan bahwa sekolah-sekolah saat ini masih mengutamakan penguasaan mata pelajaran-mata pelajaran. Akibatnya guru dan murid masih dibatasi kebijakan dan pengawasan dari pihak pemerintah, sehingga keberhasilan pendidikan tidak pernah lepas dari keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pendidikan kita pada saat ini belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik, melainkan pendidikan masih digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja .
Dengan demikian sudah saatnya sekarang pendidikan kita untuk melayani kebutuhan dan hakikat psikologis peserta didik. Pemahaman pada peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologi sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi.
Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangannya yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan djadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.
Landasan Psikologi pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar ( Tirtaraharja, 2005: 106 ).
2. Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.
Lumsdaine (dalam Miarso, 2009: 111) berpendapat bahwa ilmu perilaku, khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk mengembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline (dalam Miarso, 2009: 111) menyatakan bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran.
Tujuan perilaku perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum mengembangkan pembelajaran agar dapat dijadikan bukti bahwa seseorang telah belajar. Tujuan perilaku ini merupakan ciri yang harus ada dalam setiap model pengembangan pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk konsepsi teknologi pendidikan.
Pada akhir abad ke-19 ada dua aliran psikologi belajaryang sangat menonjol, yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehensif. Kedua aliran tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bias dikatakan hampir semua pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari kedua aliran psikologi belajar tersebut (Sudjana, 2008: 36)
Ada tiga teori belajar aliran behavioristik yang paling terkenal yaitu : (a) teori koneksionisme dari Thorndike, (b) teori kondisioning dari Pavlov, dan (c) teori kondisioning operan (operant conditioning) dari Skinner.
(a). Teori koneksionisme (E. L. Thorndike)
Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan pertama ke arah teknologi pembelajaran yang menyatakan tiga dalil utama :
1. Dalil latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
2. Dalil akibat: menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang. Respons akan diperkuat bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang.
3. Dalil kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku lain.
Menurut Saettler, kontribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang pinsip-prinsip:
(1) aktivitas diri,
(2) minat atau motivasi,
(3) kesiapan mental,
(4) individualisasi,
(5) sosialisasi.
Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike ini memang masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan merancang produk pembelajaran.
(b). Teori kondisioning klasikal (Ivan Pavlov)
Teori kondisioning klasikal berpendapat bahwa tingkah laku dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan. Proses pembentukan tingkah laku tersebut disebut proses pengkondisian. Dalam teori kondisioning klasikal, memberikan pancingan dan dorongan stimulus belajar merupakan factor penting agar dapat menimbulkan respons sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku.
(c ). Teori kondisioning operan (B. F. Skinner)
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan, Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
3. Implikasi Landasan Psikologi dalam Pendidikan
3.1 Definisi dan prinsip perkembangan
Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu.
Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan fisik dan mentalnya.
Sedangkan belajar adalah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan membuat individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu ( kognitif ), dari tidak mau menjadi mau ( afektif ) dan dari tidak bisa menjadi bisa ( psikomotorik ), misalnya seorang anak yang belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.
Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk.
Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada manusia dan aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek dalam perkembangan tersebut diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional, dan sosial
Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan .
Prinsip perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Perkembangan terjadi terus menerus hingga manusia meninggal dunia
- Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda
- Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya
- Arah perkembangan individu dapat diprediksi
- Perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.
3.2 Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
a. Nativisme
Teori nativisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa faktor-faktor turunan dari orang tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor penentu perkembangan individu.
Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel, implikasi teori nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk mengubah kepribadian peserta didik.
b. Empiris
Teori empiris adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu yang terlahir ke dunia adalah dalam kaeadaan bersih sedangkan faktor penentu perkembangan individu tersebut adalah lingkungan dan pengalaman.
Tokoh teori ini adalah John Lock dan J.B. Watson
Implikasinya teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c. Konvergensi
Teori konvergensi adalah teori yang berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan serta pengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah gabungan dari teori empiris dan teori konvergensi.
Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst.
Implikasi teori konvergensi terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetapa memperhatikan faktor-faktor hereditas yang ada pada individu.
3.3 Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta Implikasinya Terhadap Perlakuan Pendidik
Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dalam skala kecil ( anak adalah orang dewasa mini ) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap mengenai keadaan fisik, social, emosional, moral dan mentalnya. Seraya mereka berkembang, mereka mempunyai cara-cara memahami bereaksi, dan mempresepsi yang sesuai dengan usianya. Inilah yang oleh ahli psikologi disebut tahap perkembangan.
Robert Havighurst (dalam http :// www.idonbiu.com/ 2009/ 04 / teori-perkembangan-kognitif-piaget.html ) membagi perkembangan individu menjadi 4 tahap, yaitu masa bayi dan masa kanak-kanak kecil ( 0-6 tahun ), masa kanak-kanak ( 6-12 tahun ), masa remaja atau adolesen ( 12-18 tahun ), dan masa dewasa ( 18- …tahun ), selain itu havighurst mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan ( development task ) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut :
a.Tugas perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak kecil ( 0-6 tahun )
1. Belajar berjalan
2. Belajar makan makanan yang padat
3. Belajar berbicara/berkata-kata
4. Belajar mengontrol pembuangan kotoran tubuh
5. Belajar tentang perbedaan kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan jenis kelaminnya
6. Mencapai stabilitas fisiologis / jasmaniah
7. Pembentukan konsep sederhana tentang kenyataan social dan kenyataan fisik
8. Belajar berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara dan orang lain
9. Belajar membedakan yang benar dan yang salah dan pengembangan kesadaran diri / kata hati
b.Tugas perkembangan masa kanak-kanak ( 6-12 tahun ):
1. Belajar keterampilan fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari
2. Pembentukan kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organism yang tumbuh
3. Belajar bermain dengan teman-teman lainnya
4. Belajar memahami peranan-peranan kepriaan dan kewanitaan
5. Pengembangan kemahiran dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
6. Pengembangan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari
7. Pengembangan kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilai-nilai
8. Pengembangan kebebasan pribadi
9. Pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok social dan lembaga
c.Tugas perkembangan masa Remaja / Adolesen ( 12-18 ):
1. Mencapai peranan social dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki / perempuan serta kebebasan emosional orang tua
2. Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
3. Mempersiapkan diri untuk keluarga
4. Mengembangkan kecakapan intelektual serta tingkah laku yang bertanggung jawab dalam masyarakat
d.Tugas perkembangan pada masa Dewasa ( 18 - ….)
1. Masa dewasa awal :
- Memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama
- Memulai berkeluarga
- Mulai menduduki suatu jabatan / pekerjaan
2. Masa dewasa tengah umur :
- Mencapai tanggung jawab social dan warga Negara yang dewasa
- Membantu anak belasan tahun menjadi dewasa
- Menghubungkan diri sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi
- Menyesuaikan diri kepada orang tua yang semakin tua
e. Tugas perkembangan Usia Lanjut :
1. Menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani
2. Menyesuaikan diri pada saat pension dan pendapatan yang semakin berkurang
3. Menyesuaikan diri terhadap kematian, terutama banyak beribadah
Dari uraian di atas, seorang pendidik dalam proses pebelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan pada setiap masa perkembangan anak. Dimulai dari perencanaan pembalajaran yang akan dilaksanakan sampai dengan penilaian akhir serta evaluasi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan tugas perkembangan peserta didik pada setiap masa perkembangannya.
3.4 Implikasi Perkembangan Individu terhadap perlakuan Pendidik ( Orang Dewasa ) yang diharapkan
Sebagaimana dikemukakan Yelon dan Weinstei (dalam http :// www.idonbiu.com/ 2009/ 04 / teori-perkembangan-kognitif-piaget.html), implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan dalam rangka membantu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut :
a. Perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak kecil :
1. Menyelenggarakan disiplin secara lemah lembut secara konsisten
2. Menjaga keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan
3. Bercakap-cakap dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik
4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan bereksplorasi
5. Menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan peserta didik
b. Perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa prasekolah :
1. Memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan terus menerus
2. Latihan harus ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan dsb.
3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik
4. Menyediakan benda-benda untuk diekplorasi
5. Memberikan kesempatan untuk berinteraksi ssosial dan kerja kelompok kecil
6. Menggunakan program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dll.
7. Memperbanyak aktivitas berbahasa seperti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan membuat aturan-aturan.
c. Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak :
1. Menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak; dan menambah tanggung jawab anak.
2. Mendorong pertemanan dengan menggunakan projek-projek dan permainan kelompok
3. Membangkitkan rasa ingin tahu
4. Secara konsisten mengupayakan disiplin yang tegas dan dapat dipahami
5. Menghadapkan anak pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangana baru
6. Bersaama-sama menciptakan aturan dan kejujuran
7. Memberikan contoh model hubungan social
8. terbuka terhadap kritik
d. Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal :
1. Memberikan kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenaga fisik yang besar.
2. Menerima makin dewasanya peserta didik
3. Memberikan tanggung jawab secara berangsur-angsur
4. Mendorong kebebasan dan tanggung jawab.
e. Perlakuan pendidik ( orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja akhir :
1. Menghargai pandangan-pandangan pessrta didik
2. Menerima kematangan peserta didik
3. Memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat
4. Memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir
5. Menggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah
6. Bekreasi bersama dan bersama-sama menegakan berbagai aturan
Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike ini memang masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan merancang produk pembelajaran.
(b). Teori kondisioning klasikal (Ivan Pavlov)
Teori kondisioning klasikal berpendapat bahwa tingkah laku dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan. Proses pembentukan tingkah laku tersebut disebut proses pengkondisian. Dalam teori kondisioning klasikal, memberikan pancingan dan dorongan stimulus belajar merupakan factor penting agar dapat menimbulkan respons sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku.
(c ). Teori kondisioning operan (B. F. Skinner)
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan, Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
3. Implikasi Landasan Psikologi dalam Pendidikan
3.1 Definisi dan prinsip perkembangan
Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu.
Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan fisik dan mentalnya.
Sedangkan belajar adalah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan membuat individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu ( kognitif ), dari tidak mau menjadi mau ( afektif ) dan dari tidak bisa menjadi bisa ( psikomotorik ), misalnya seorang anak yang belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.
Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk.
Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada manusia dan aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek dalam perkembangan tersebut diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional, dan sosial
Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan .
Prinsip perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Perkembangan terjadi terus menerus hingga manusia meninggal dunia
- Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda
- Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya
- Arah perkembangan individu dapat diprediksi
- Perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.
3.2 Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
a. Nativisme
Teori nativisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa faktor-faktor turunan dari orang tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor penentu perkembangan individu.
Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel, implikasi teori nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk mengubah kepribadian peserta didik.
b. Empiris
Teori empiris adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu yang terlahir ke dunia adalah dalam kaeadaan bersih sedangkan faktor penentu perkembangan individu tersebut adalah lingkungan dan pengalaman.
Tokoh teori ini adalah John Lock dan J.B. Watson
Implikasinya teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c. Konvergensi
Teori konvergensi adalah teori yang berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan serta pengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah gabungan dari teori empiris dan teori konvergensi.
Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst.
Implikasi teori konvergensi terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetapa memperhatikan faktor-faktor hereditas yang ada pada individu.
3.3 Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta Implikasinya Terhadap Perlakuan Pendidik
Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dalam skala kecil ( anak adalah orang dewasa mini ) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap mengenai keadaan fisik, social, emosional, moral dan mentalnya. Seraya mereka berkembang, mereka mempunyai cara-cara memahami bereaksi, dan mempresepsi yang sesuai dengan usianya. Inilah yang oleh ahli psikologi disebut tahap perkembangan.
Robert Havighurst (dalam http :// www.idonbiu.com/ 2009/ 04 / teori-perkembangan-kognitif-piaget.html ) membagi perkembangan individu menjadi 4 tahap, yaitu masa bayi dan masa kanak-kanak kecil ( 0-6 tahun ), masa kanak-kanak ( 6-12 tahun ), masa remaja atau adolesen ( 12-18 tahun ), dan masa dewasa ( 18- …tahun ), selain itu havighurst mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan ( development task ) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut :
a.Tugas perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak kecil ( 0-6 tahun )
1. Belajar berjalan
2. Belajar makan makanan yang padat
3. Belajar berbicara/berkata-kata
4. Belajar mengontrol pembuangan kotoran tubuh
5. Belajar tentang perbedaan kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan jenis kelaminnya
6. Mencapai stabilitas fisiologis / jasmaniah
7. Pembentukan konsep sederhana tentang kenyataan social dan kenyataan fisik
8. Belajar berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara dan orang lain
9. Belajar membedakan yang benar dan yang salah dan pengembangan kesadaran diri / kata hati
b.Tugas perkembangan masa kanak-kanak ( 6-12 tahun ):
1. Belajar keterampilan fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari
2. Pembentukan kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organism yang tumbuh
3. Belajar bermain dengan teman-teman lainnya
4. Belajar memahami peranan-peranan kepriaan dan kewanitaan
5. Pengembangan kemahiran dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
6. Pengembangan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari
7. Pengembangan kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilai-nilai
8. Pengembangan kebebasan pribadi
9. Pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok social dan lembaga
c.Tugas perkembangan masa Remaja / Adolesen ( 12-18 ):
1. Mencapai peranan social dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki / perempuan serta kebebasan emosional orang tua
2. Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
3. Mempersiapkan diri untuk keluarga
4. Mengembangkan kecakapan intelektual serta tingkah laku yang bertanggung jawab dalam masyarakat
d.Tugas perkembangan pada masa Dewasa ( 18 - ….)
1. Masa dewasa awal :
- Memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama
- Memulai berkeluarga
- Mulai menduduki suatu jabatan / pekerjaan
2. Masa dewasa tengah umur :
- Mencapai tanggung jawab social dan warga Negara yang dewasa
- Membantu anak belasan tahun menjadi dewasa
- Menghubungkan diri sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi
- Menyesuaikan diri kepada orang tua yang semakin tua
e. Tugas perkembangan Usia Lanjut :
1. Menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani
2. Menyesuaikan diri pada saat pension dan pendapatan yang semakin berkurang
3. Menyesuaikan diri terhadap kematian, terutama banyak beribadah
Dari uraian di atas, seorang pendidik dalam proses pebelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan pada setiap masa perkembangan anak. Dimulai dari perencanaan pembalajaran yang akan dilaksanakan sampai dengan penilaian akhir serta evaluasi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan tugas perkembangan peserta didik pada setiap masa perkembangannya.
3.4 Implikasi Perkembangan Individu terhadap perlakuan Pendidik ( Orang Dewasa ) yang diharapkan
Sebagaimana dikemukakan Yelon dan Weinstei (dalam http :// www.idonbiu.com/ 2009/ 04 / teori-perkembangan-kognitif-piaget.html), implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan dalam rangka membantu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut :
a. Perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak kecil :
1. Menyelenggarakan disiplin secara lemah lembut secara konsisten
2. Menjaga keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan
3. Bercakap-cakap dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik
4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan bereksplorasi
5. Menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan peserta didik
b. Perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa prasekolah :
1. Memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan terus menerus
2. Latihan harus ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan dsb.
3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik
4. Menyediakan benda-benda untuk diekplorasi
5. Memberikan kesempatan untuk berinteraksi ssosial dan kerja kelompok kecil
6. Menggunakan program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dll.
7. Memperbanyak aktivitas berbahasa seperti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan membuat aturan-aturan.
c. Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak :
1. Menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak; dan menambah tanggung jawab anak.
2. Mendorong pertemanan dengan menggunakan projek-projek dan permainan kelompok
3. Membangkitkan rasa ingin tahu
4. Secara konsisten mengupayakan disiplin yang tegas dan dapat dipahami
5. Menghadapkan anak pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangana baru
6. Bersaama-sama menciptakan aturan dan kejujuran
7. Memberikan contoh model hubungan social
8. terbuka terhadap kritik
d. Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal :
1. Memberikan kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenaga fisik yang besar.
2. Menerima makin dewasanya peserta didik
3. Memberikan tanggung jawab secara berangsur-angsur
4. Mendorong kebebasan dan tanggung jawab.
e. Perlakuan pendidik ( orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja akhir :
1. Menghargai pandangan-pandangan pessrta didik
2. Menerima kematangan peserta didik
3. Memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat
4. Memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir
5. Menggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah
6. Bekreasi bersama dan bersama-sama menegakan berbagai aturan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar